" WILUJENG SUMPING ...................SELAMAT DATANG..........di Blog SOBAT KITA...Cimahi

Minggu, 28 Juni 2009

Bea siswa bagi Pelajar

Oleh Wawan Rusmawan

Tak dapat dipungkiri, untuk memperoleh pendidikan yang baik dibutuhkan biaya pendidikan yang jumlahnya cukup besar . Bagi orang yang mampu dan banyak uang, masalah biaya ini tidak terlalu menjadi persoalan .Namun bagi sebagian orang, yakni orang dhuafa alias orang kurang mampu masalah biaya ini, merupakan persoalan yang cukup berat. Jangankan untuk biaya pendidikan, untuk biaya makan sehari-hari saja mereka nyaris tak punya. Apalagi problema biaya pendidikan ini, dari hari ke hari diberbagai jenjang pendidikan menunjukkan gerafik yang terus meningkat. Jelas, bagi kelompok masyarakat kurang mampu ini, menggapai pendidikan menjadi semakin sulit dan dan sukar untuk diwujudkan.

Meski pun begitu, ditengah susah dan beratnya masalah beban biaya pendidikan ini ,bagi sekelompok orang atau pelajar yang kretif, dengan bekal semangat, do’a serta usaha yang ulet .serta berusaha membangun jaringan silaturahmi dengan pihak lain yang berkompeten ternyata biaya pendidikan yang dibutuhkan untuk melanjutkan pendidikan bisa diatasi dengan baik. Sehingga kendala biaya yang selama ini dianggap menakutkan bisa selsai. Salah satu cara para pelajar tersebut mengatasi kendala biaya adalah dengan cara mencari dan mendapatkan beasiswa.

Beasiswa menurut kamus lengkap Bahasa Indonesia masa kini (Penerbit terbit Terang 1999) adalah tunjangan uang yang diberikan kepada siswa karena nilai tinggi atau karena yang bersangkutan tidak mampu membayar. Keberadaan beasiswa ini sudah barang pasti merupakan angin segar bagi para pelajar/mahasiswa yang kurang mampu segi ekonomi tetapi memiliki sen mangat untuk sukses menggapai pendidikan. Realitasnya telah banyak para pelajar yang tadinya kurang mampu secara ekonomi ternyata berkat adanya bantuan beasiswa ini mereka mampu menyelsaikan pendidikan. Bahkan tak sedikit dari para penerima beasiswa ini mampu mencapai jenjang pendidikan yang cukup tinggi.

Jenis-Jenis beasiswa

Beasiswa yang bisa didiperoleh para pelajar atau mahasiswa bisa diperoleh dari berbagai lembaga pemberi besiswa baik dari dalam negeri maupun dari manca negara. Ada puluhan jenis beasiswa yang ditawarkan berbagai lembaga pemberi beasiswa ini kepada para pelajar sesui dengan ketentuan dan persyaratan yang ditentukan . Dan sudah selayaknya beasiswa yang ditawarkan ini harus dimanfaatkan dengan baik oleh para pelajar maupun mahasiswa untuk membiayai pendidikannya.

Beasiswa yang bisa diambil para siswa ini bisa berasal dari dalam negeri maupun dari mancanegara.

a; Bebearpa contoh beasiswa yang bisa diperoleh para pelajar,yang berasal dari dalam negeri .yaitu: Bea siswa Lembaga Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GN-OTA), Beasiswa Bakat dan Prestasi, Beasiswa DIKTI,Beasiswa Gerakan Belajar Mandiri, Beasiswa Etos Dompet Dhuafa, Beasiswa Utusan DAERAH (bud) IPB , Beasiswa yayasan ORBIT,Beasiswa Mitra Pendidikan Global, Beasiswa Epson Scholarship Program, Beasiswa EXXON Mobil,The Habiebie Center, Beasiswa Supersemar,Beasiswa SDM IPTEK,Besiswa Sampoerna Foundation, Beasiswa ASTRA Beasiswa BAZIZ DKI,Beasiswa Mizan,Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

B; Beberapa negara yang menjalin hubungan diplomatik dengan negara kita melakukan berbagai kerjasama dan bantuan kepada indonesia. Salah satu bentuk bantuan yang diberikan kepada masyarakat indonesia adalah bantuan pendidikan berupa beasiswa. Banyak negara telah memberikan bantuan beasiswa dari luar negeri misalnya beasiswa yang berasal dari Amerika, Jepang, Inggris, Dari Arab Saudi , Rusia , Perancis, Australia , Jerman, Singapura,Norwegia,Korea selatan, India , Sudan, Iran, Mesir (Al-Azhar), Malaysia. Irak, Pakistan, Kuawait, suriah. Dan berbagai negara penyedia beasiswa lainya..

Banyaknya bantuan beasiswa untuk pendidikan yang dikucurkan dari negara-negara sahabat tersebut memang telah ikut memberi kontribusi dan kesempatan kepada bangsa kita khususnya generasi muda untuk memperoleh pendidikan lebih baik lagi. Mudah-mudahan kontribusi para pelajar/ mahasiswa yang mendapat kesempatan memperoleh pendidikkan yang lebih baik , bisa ikut memberi sumbangan semakin majunya sumber daya manusia indonesia dan pendidikan di indonbesia pada khususnya , Semoga begitu adanya. ***

Rabu, 17 Juni 2009

mari belajar jujur

Bukan hal baru memang berita tentang ketidakjujuran manusia. Mungkin sudah ada sejarahnya dari jaman dulukala. Aktifitas ketidakjujuran ini terus menggelinding hingga jaman kiwari. Ketidakjujuran bisa dilakukan siapa sajatanpa kecuali . Harian Kompas menurunkan berita menarik tentang ketidakjujuran ini . Mari kita simak bersama.

Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Depdiknas, Dr Badhowi menyatakan rasa prihatinnya terhadap sejumlah kepala sekolah dan guru di Tanah Air yang tidak jujur dalam pelaksanaan ujian nasional (UN) lalu.

"Ketidakjujuran Kepala Sekolah merupakan suatu keprihatinan. Sebenarnya ketidakjujuran itu ada dimana-mana dan bukan saja terjadi pada guru. Namun karena sosok guru merupakan cermin keteladanan maka kemudian menjadi sorotan," katanya di sela konferensi internasional Best Practise bagi para kepala sekolah se-Asia Tenggara, di Jakarta, Rabu (17/6).

Kecurangan dan ketidakjujuran yang dilakukan kepala sekolah dan guru seperti yang terungkap setiap kali dalam pelaksanaan ujian nasional merupakan tindakan terkait administrasi dan edukatif.

"Kita bedakan masalah administratif dan edukatif. Masalah adminstrasi, sanksi dan sebagainya, itu kewenangannya pada siapa yang mengangkat mereka," katanya.

Depdiknas mengambil porsi edukatif dengan memberikan pendekatan untuk menerapkan perilaku jujur di kalangan tenaga pendidikan karena implikasinya langsung kepada peserta didik.

"Sementara, kewenangan administrasi dalam bentuk sanksi hukum ada pada aparat dan kepala daerah dimana tindakan kecurangan tersebut terjadi," katanya.

Terhadap guru yang tidak jujur tersebut Baedhowi menghimbau agar selalu bersikap jujur dalam melakukan proses pembelajaran.

"Guru jangan sampai menghilangkan waktu belajar, dalam ulangan sehari-hari, juga harus jujur dalam menilai peserta didik. Jangan anak pintar dikasih nilai kurang, anak yang kurang dikasih nilai baik. Itu juga suatu ketidakjujuran," katanya.( JAKARTA, KOMPAS.com - Rabu, 17 Juni 2009 .Hah, Guru Tidak Jujur Saat Pelaksanaan UN? BNJ.
Sumber : Ant )

Menyimak berita kompas di atas tentunya kita amat prihatin. Kendati begitu kita harus terus belajar untuk jujur .Sipat jujur ini merupakan sipat para manusia muliasipat yang dicontohkan para Nabi.. Karena itu mari bersama-sama untuk belajar jujur dalam segala hal dimulai dari diri kita sendiri.(WR)